RSS
Facebook
Twitter

Friday, March 1, 2013

Nasi Jinggo



Dalam istilah China, jinggo berarti Rp 1.500, sesuai dengan harga nasi ini. Namun, kenaikan harga sembako, terutama beras, membuat para penjual kompak menaikkan harga nasi jinggo menjadi Rp 2000-4000. Untungnya, kenaikan harga tidak mengurangi minat warga maupun wisatawan untuk mencicipi kelezatan makanan khas Bali tersebut.

Ada beragam cerita seputar munculnya nasi jinggo. Kabarnya, nasi jinggo merupakan makanan favorit para Jenggo, pengendara sepeda motor yang biasa mampir sehabis plesiran malam di kawasan Kuta. Jika dilihat sepintas, makanan ini memang mirip nasi kucing khas angkringan Yogyakarta.

Bedanya, kedua makanan ini mempunyai isian dan bentuk bungkusan yang tidak sama. Nasi kucing berisi nasi rames, tempe kering, teri goreng, dan sambal goreng. Pembeli juga bisa menambahkan macam-macam lauk seperti babat, bandeng, sate puyuh, kepala, usus dan cakar ayam.

Sementara itu, seporsi nasi jinggo hanya berisi sekepal nasi, suwiran ayam atau daging, potongan tempe kecil-kecil, serundeng, dan sambal, yang kemudian dibungkus berbentuk kerucut lancip. Bagi Anda yang tidak kuat pedas, jangan coba-coba dengan sambalnya. 

Berlibur ke Bali kurang lengkap rasanya jika belum merasakan kenikmatan nasi jinggo. Anda bisa menemukan kuliner khas Bali tersebut di sepanjang kawasan Kuta, terutama mulai pukul 19.00 hingga larut malam. Disamping Kuta, beberapa daerah sekitar Ubud dan Denpasar juga sering dijadikan tempat mangkal pedagang nasi jinggo.



Referensi link: http://www.merdeka.com/gaya/nasi-jinggo-kuliner-pedas-khas-bali.html

Taman Kupu Kupu




Bali sebagai daerah tropis memiliki beragam jenis flora dan fauna yang salah satunya adalah Kupu-kupu. Di Bali, tepatnya di Jalan Batukaru, Banjar Sandan lebah, Wanasari, Kabupaten Tabanan kini sudah tersedia taman wisata yang terdapat beraneka macam jenis kupu-kupu. Tidak hanya itu, Taman Kupu-kupu Bali juga memproduksi aneka kerajinan yang terbuat dari bermacam-macam serangga seperti : Bingkai isi kupu-kupu, Bingkai isi kumbang, gantungan kunci yang terbuat dari serangga, selipan pembatas buku, penindih kertas terbuat dari fiber bening berisi kupu-kupu, lukisan dari sayap kupu-kupu dan aneka kerajinan lainnya yang bisa anda beli secara eceren atau grosiran dan harganya juga terjangaku. Jarak tempuh ke lokasi ini kira kira 27 km dari kota Denpasar dan lebih kurang 75 menit perjalanan dari Bandara Ngurah Rai Bila menggunakan kendaraan bermotor.

Taman kupu-kupu merupakan salah satu obyek wisata yang favorit dan menarik untuk dikunjungi bersama keluarga, sahabat ataupun pasangan tercinta saat berlibur ke Bali. Taman ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara. Di Taman ini dilakukan pengembangbiakan sekaligus penangkaran kupu-kupu guna keperluan ilmu pengetahuan ilmiah maupun pendidikan untuk masa yang akan datang. Berbagai jenis kupu-kupu yang ada di Indonesia terdapat disini, adapun jenis kupu-kupu yang terkenal antara lain; kupu-kupu sayap burung surga (Ornithoptera Paradisea), Barong, Priamus.

Taman Kupu Kupu dengan Luas area taman ini 1 Hektar, dengan netting area (ruangan yang tertutup Jaring) 3700 M3 dikelola oleh PT. Kupu-kupu Taman Lestari dan pembangunannya sudah direncanakan sejak bulan Oktober 1993 pasca penyelenggaraan Konfrensi Kupu kupu Se Dunia (International Butterfly Confrence) yang diadakan pada tanggal 24 – 27 Agustus 1993 di Ujung Pandang dan dibuka tanggal 17 Desember 1996 yang diresmikan oleh Ibu Asiawati Oka, Ketua Tim PKK Propinsi Bali. Setiap bulannya Taman Kupu-kupu melepaskan kupu-kupu minimal 3500 ekor untuk dikembalikan kehabitat aslinya. Di Taman ini, Selain kita bisa melihat koleksi kupu-kupu dari seluruh Indonesia, anak-anak juga bisa belajar tentang spesies kupu-kupu dan serangga yang menjadi koleksi di taman ini. Tidak salah kalau Wisata ini dijadikan alternatif ketika berlibur ke Bali.



Referensi link: http://www.wisatabaliaga.com/taman-kupu-kupu-bali/

Desa Tenganan




Tenganan adalah desa yang mempunyai keunikan sendiri diBali, desa yang terletak cukup terpencil dan terletak di Kabupaten Karangasem. Untuk mencapai desa ini melalui jalan darat dan berjarak sekitar 60km dari pusat kota Denpasar, Bali. Desa ini sangatlah tradisional karena dapat bertahan dari arus perubahan jaman yang sangat cepat dari teknologi. Walaupun sarana dan prasarana seperti listrik dll masuk ke Desa Tenganan ini, tetapi rumah dan   adat tetap dipertahankan seperti aslinya yang tetap eksotik. Ini dikarenakan Masyarakat Tenganan mempunyai peraturan adat desa yang sangat kuat, yang mereka sebut dengan awig-awig yang sudah mereka tulis sejak abad 11 dan sudah diperbaharui pada Tahun 1842. 
Desa tenganan mempunyai luas area sekitar 1.500 hektar, ketika tempat wisata – wisata yang lain dibali berkembang pesat seperti Pantai Kuta, Pantai Amed, yang sangat meriah dengan kehadiran Hotel, Pantai, CafĂ©, dan kehidupan malamnya.

Desa Tenganan tetap saja berdiri kokoh tidak peduli dengan perubahan jaman dengan tetap bertahan dengan tiga balai desanya yang kusam dan rumah adat yang berderet yang sama persis satu dengan lainnya. Dan tidak hanya itu didesa ini keturunan juga dipertahankan dengan perkawinan antar sesama warga desa. Oleh karena itu Desa Tenganan tetap tradisional dan eksotik, walaupun Masyarakat Tenganan menerima masukan dari dunia luar tetapi tetap saja tidak akan cepat berubah, karena peraturan desa adat /awig-awig mempunyai peranan yang sangat penting terhadap masyarakat Desa Tenganan.
Untuk memasuki desa Tenganan sangatlah unik, sebelum masuk ke area Desa Tenganan. Kita akan melalui sebuah loket, disitu kita tidak diharuskan membayar. Memang karena tidak ada tiket/karcis yang dijual, tapi kita memberikan sumbangan sukarela berapa saja seikhlas kita ke petugas dibangunan kayu yang semipermanen, sebelum masuk wisatawan harus melalui gerbang yang cukup sempit yang hanya cukup dilewati oleh satu orang. Penghasilan penduduk Desa Tenganan juga tidak jelas berapa pendapatannya, karena disana masih menggunakan sistem barter diantara warganya.disana banyak tanaman, sawah, kerbau yang bebas berkeliaran dipekarangan mereka.

Untuk mendongkrak potensi wisata mereka, Penduduk Desa Tenganan banyak yang menjual hasil kerajinan tangannya ke turis. Artshop juga dapat kita lihat begitu kaki kita melangkah kepintu masuk, mereka menjual banyak kerajinan. Seperti Anyaman bambu, ukir-ukiran, lukisan mini yang diukir diatas daun lontar yang sudah dibakar, dan yang paling terkenal adalah kain geringsing. Kain ini sangatlah unik karena dengan sekilas memandang kita dapat langsung mengetahui kalau kain tersebut memang buatan tangan. 

Kain ini termasuk mahal, dan hanya diproduksi di desa tenganan saja. Waktu pengerjaannya pun memerlukan waktu yang cukup lama, karena karena warna – warna yang terdapat dikain gringsing ini berasal dari tumbuh-tumbuhan dan memerlukan perlakuan khusus. Walaupun banyak wisatawan yang semakin lama semakin banyak untuk datang didesa ini, namun sayang belanja suvenir mereka masih kurang. Ungkap I Made pelukis lukisan mini diatas daun lontar.
Berada di desa ini kita merasakan suasana yang aman dan damai, para penduduk desanya yang sangat ramah dan bersahabat. Kita dapat berkeliling areal desa tersebut dan menyaksikan aktivitas mereka sehari hari. Saat yang paling tepat kita berada disana pada saat sore hari, karena pada sore hari biasanya mereka penduduk desa Tenganan sudah melakukan aktivitasnya. Dan berkumpul didepan rumahnya masing-masing, dan tak ayal mereka keluar dan berkumpul bersama para penduduk yang lain. Dan pada saat ini kita dapat menyaksikan dan melihat tingkah laku dan adat budaya tradisional mereka yang amat kental. Maka pantaslah jika mereka disebut dengan sebutan BaliAga(bali Asli).



Referensi link: http://www.navigasi.net/goart.php?a=budsteng

Kertagosa




Kertagosa adalah kompleks bangunan kuno yang didirikan pada masa pemerintahan Raja Klungkung pertama, Dewa Agung Jambe, pada abad ke-17. Dewa Agung Jambe adalah putera ke-2 dari Dalem Dimade, raja terakhir di kerajaan Gelgel yang juga disebut Suweca Pura. Setelah Dewa Agung menjadi raja Klungkung, maka dia membuat istana (puri) Klungkung yang diberi nama Semara Pura yang mempunyai makna “tempat cinta kasih dan keindahan”. Di puri inilah terdapat kompleks Kertagosa yang terdiri dari dua bangunan pokok, yaitu bangunan Taman Gili dan bangunan Kertagosa.

Bangunan Kertagosa pada zaman dahulu mempunyai beberapa fungsi, di antaranya adalah: (1) sebagai tempat persidangan yang dipimpin oleh raja sebagai hakim tertinggi; (2) sebagai tempat pertemuan bagi raja-raja yang ada di Bali; dan (3) sebagai tempat melaksanakan upacara Manusa Yadnya atau potong gigi (mepandes) bagi putera-puteri raja.

Pada masa pemerintahan Raja Dewa Agung Putra Djambe Belanda melakukan penyerangan secara besar-besaran (selama tiga hari). Penyerangan itu mengakibatkan Puri Semara Pura hancur. Hanya ada beberapa bangunan yang tersisa antara lain bangunan Kertagosa, Taman Gili dan Pemedal Agung (pintu gerbang Puri). Dalam penyerangan yang kemudian dikenal sebagai “Persitiwa Puputan Klungkung” ini (28 April 1908) Dewa Agung Putra Djambe dan para pengikutnya gugur.

Setelah dikuasai oleh Belanda, Kertagosa tetap difungsikan sebagai balai sidang pengadilan. Pada tahun 1930 lukisan wayang yang terdapat di Kertagosa dan Taman Gili direstorasi oleh para seniman lukis dari Kamasan. Dalam restorasi tersebut, lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan yang semula terbuat dari kain dan parba diganti dan dibuat di atas eternit, lalu dibuat lagi sesuai dengan gambar aslinya. Restorasi lukisan terakhir dilakukan pada tahun 1960.

Struktur Bangunan
Bangunan Kertagosa dan Taman Gili terdiri atas dua lantai.. Atap bangunan terbuat dari ijuk dan dilengkapi dengan undak (tangga naik). Atap tersebut diberi tambahan yang berupa hiasan patung dan relief (mengelilingi bangunan). Di samping itu pada langit-langit (plafon) diberi tambahan hiasan berupa lukisan tradisional bermotif wayang yang dilukis dengan gaya Kamasan. Lukisan yang ada di langit-langit bangunan Taman Gili berisi tentang cerita Sutasoma, Pan Brayut dan Palalintangan. Sedangkan, pada langit-langit bangunan Kertagosa lukisannya mengambil cerita Ni Dyah Tantri, Bima Swarga, Adi Parwa dan Pelelindon. Tema pokok dari cerita-cerita itu adalah parwa, yaitu Swaragaronkanaparwa yang memberi petunjuk hukum kerpa pahala (akibat dari baik-buruknya perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya) serta penitisan kembali ke dunia karena perbuatan dan dosa-dosanya.

Cerita-cerita yang Terdapat pada Lukisan
1. Cerita Sutasoma
Cerita Sutasoma dapat disaksikan di bangunan Taman Gili pada panel tingkat pertama, kedua, ketiga dan keempat dari atas pada langit-langit bangunan. Cara membacanya dimulai dari panil paling atas sebelah selatan, dari kiri ke kanan. Fragmen ini menceriterakan perjalanan Sang Sutasoma dari kerjaan Astina menuju pegunungan Mahameru. Dalam perjalanan tersebut banyak rintangan yang harus dihadapi, tetapi dengan kekuatan batin yang dimiliki, Sutasoma berhasil mengatasi segala rintangan.

2. Pan Brayut
Ceritera Pan Brayut tergambar pada deret kelima dari atas, pada langit-langit Taman Gili. Sedangkan, kronologi ceritera dapat disaksikan dari pojok timur-laut ke selatan. Lukisan ini menceriterakan kehidupan Pan Brayut yang dikaruniai 18 anak, sehingga hampir tidak ada waktu untuk mengurus hal-hal lain, kecuali mengurus anak.

3. Palalintangan
Panel mengenai Palalintangan, terdapat pada deret paling bawah langit-langit bangunan Taman Gili. Palalintangan adalah pengertian akan adanya pengaruh bintang-bintang di langit terhadap kelahiran manusia. Di sini diceriterakan adanya 35 macam watak manusia yang berbeda-beda menurut hari lahirnya.

4. Ni Dyah Tantri
Cerita Ni Dyah Tantri terdapat pada panil paling pertama (paling bawah) pada langit-langit bangunan Kertagosa, yang dimulai dari panel sebelah timur beriring ke selatan, barat dan berakhir pada panil sebelah utara. Cerita Ni Dyah Tantri, menceritakan seorang gadis bernama Ni Dyah Tantri yang berusaha menghapuskan keinginan seorang raja untuk selalu mengawini gadis setiap hari. Ni Dyah Tantri adalah seorang puteri Maha Patih dari Raja yang suka perempuan tersebut. Sebagai Maha Patih setiap hari dititahkan oleh Raja mencari seorang gadis. Untuk itu Ni Dyat Tantri berani mengorbankan dirinya membantu ayahnya untuk mendampingi menjadi isteri raja. Karena kepandaiannya berceritera, setiap malam Ni Dyah Tantri memberi ceritera kepada raja tersebut sehingga keinginannya untuk setiap hari mengawini seorang gadis dapat dihilangkan.

5. Bhima Swarga
Cerita Bhima Swarga dilukiskan pada panil tingkat kedua dan ketiga dan dilanjutkan pada panil tingkat keenam, ketujuh dan kedelapan, pada bangunan Balai Kertagosa. Cerita dimulai pada panil sebelah timur kemudian selatan, barat dan utara, mengelilingi bangunan hingga berakhirnya ceritera ini. Cerita Bhima Swarga menceriterakan perjalanan Bhima (putera kedua Pandawa) ke Yamaloka yang disertai oleh ibunya Dewi Kunti, saudara-saudaranya (Yudistira, Arjuna, Nakula dan Sadewa), untuk mencari ayahnya, Pandhu dan ibu tirinya, Dewi Madrim. Di Yamaloka, dijumpai berbagai peristiwa yang dialami oleh roh (atma) sesuai dengan perbuatannya di dunia. Misalnya orang yang suka berdusta lidahnya ditarik, orang yang suka berzinah dibakar dan sebagainya. Apa pun rintangan yang dihadapinya, tetapi karena semangat dan ketetapan hati yang dimiliki, akhirnya Bhima berhasil memperoleh air suci (amrta) yang dapat dipergunakan untuk menebus ayah dan ibu tirinya di Yamaloka.

6. Pelelindon
Pelelindon dilukiskan pada panil tingkat kelima dari bawah pada langit-langit bangunan Balai Kertagosa. Ceritera Pelelindon ini dimulai dari tengah-tengah panil sebelah utara selanjutnya berurutan ke timur, selatan, barat dan kembali pada panil sebelah utara.



Referensi link: http://uun-halimah.blogspot.com/2008/06/kertagosa-klungkung-bali.html#.UTCxAjDDA0Z

Thursday, February 28, 2013

Lawar


Lawar merupakan makanan tradisional Bali yang biasanya digunakan sebagai sajian dan hidangan dan dijual secara luas di berbagai rumah-rumah makan dengan nama Lawar Bali. 

Secara deskriptif, Lawar adalah salah satu jenis lauk pauk yang terbuat dari jenis daging tertentu yang dicincang, bercampur dengan sayuran, sejumlah bumbu khusus, kelapa dan penambahan rasa dari darah daging itu sendiri. Lawar tidak mampu bertahan lama jika berada di udara terbuka, karena itu Lawar hanya memiliki waktu sepanjang setengah hari. Lawar memiliki banyak jenis, tergantung dari jenis daging apa yang digunakan sebagai bahan utamanya, atau bisa juga dari jenis sayurannya. Lawar babi menggunakan daging babi, namun ada juga namanya Lawar nangka karena menggunakan jenis sayur nangka. Lebih uniknya lagi penamaan Lawar dilihat dari warnanya, seperti misalnya Lawar putih, Lawar merah, dan campuran berbagai jenis Lawar yang diberi nama Lawar padamare. 

Kini, Lawar menjadi semakin diminati banyak penduduk Bali maupun turis asing karena sering dihidangkan sebagai lauk pauk sehari-hari dan biasanya disantap sehabis melaksanakan upacara adat dengan cara prasmanan. Jumlah peminat yang meningkat inilah yang menjadikan Lawar tidak lagi menggunakan darah sebagai salah satu jenis bahan wajib dalam olahannya, namun lebih banyak mengutamakan bahan seperti sayuran, misalnya belimbing, nangka, kelapa muda, pepaya muda dengan bumbu khas lengkap Bali.





Referensi link: http://id.openrice.com/bali/restaurant/article/detail.htm?article_id=385

Babi Guling




Babi guling adalah sejenis makanan yang terbuat dari anak babi betina atau jantan, di mana perutnya diisikan dengan bumbu dan sayuran seperti daun ketela pohon lalu dipanggang sambil diputar-putar (diguling-gulingkan) sampai matang yang ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi kecoklatan dan renyah. Awalnya babi guling pada mulanya digunakan untuk sajian pada upacara baik upacara adat maupun upacara keagamaan, namun saat ini babi guling telah dijual sebagai hidangan baik di warung-warung, rumah makan bahkan hotel-hotel tertentu di daerah bali.
Nama babi guling untuk daerah Bali lebih dikenal dengan be guling. Sebetulnya babi guling dapat dibuat dari jenis daging lainnya seperti itik dan ayam. Babi guling yang paling terkenal berasal dari kabupaten Gianyar.


Referensi link: http://indonesiabox.org/babi-guling-khas-bali/

Ayam Betutu




Ayam Betutu adalah masakan khas daerah Gianyar pada mulanya. Kita dengan mudah dapat menemukan masakan kegemaran orang Bali ini di Pasar Senggol atau Pasar Malam Gianyar. Di berbagai restoran yang ada di Ubud dan Denpasar menu Ayam Betutu banyak disediakan, namun banyak yang mensyaratkan untuk memesan satu hari sebelumnya karena proses pembuatannya agak lama. Orang yang memelopori inovasi pembuatan ayam betutu dengan bumbu super pedas sehingga menjadi demikian populer sehingga menjadi semacam legenda adalah Men Tempeh atau Ni Wayan Tempeh yang berasal dari Abianbase, Kota Gianyar, dengan suaminya I Nyoman Suratna yang berasal dari Bangli.

Ayam betutu asli Gilimanuk ini memakai ayam kampung asli. Dagingnya empuk meski si ayam berukuran kecil, berlumur bumbu khas Bali kekuningan yang sangat pedas. Kacang goreng renyah, sambal matah, dan sayur gondo menjadi pelengkap pas hidangan lezat ini. Jalan-jalan ke Bali memang terasa belum sah jika tidak mencoba ayam betutu.




Referensi link: http://www.tourguide-bali.com/informasi/bebek-betutu-dan-ayam-betutu
  • Blogger news

  • Blogger news

  • Blogroll

  • About